Memaafkan itu sebenernya untuk diri kita sendiri. Pernah denger nggak ungkapan itu?
Aku baru tahu pemahaman itu sekitar tahun 2019 saat ikut kelas psikologi. Waktu itu kami (aku & para strangers yang ikut kelas) diminta merenung, membayangkan diri kita bertemu sosok yang kita masih hold our grudges to. It could be anyone, termasuk diri kita sendiri.
Menarik sih untuk didalami, ada banyak perasaan yang muncul di situ. Tapi sesi ini mungkin nggak akan sedalam kalo kita ketemu sama psikolog one on one ya karna waktunya terbatas dan berbanyak.
Walaupun begitu, dari sesi ini aku mulai memahami kalau memaafkan adalah titik dimana kita bisa melepaskan dan merelakan rasa amarah, kesal, kecewa atau perasaan-perasaan negatif dalam diri kita. Yang mana sebelumnya aku pikir memaafkan itu adalah tentang pemberian ketenangan pada orang lain yang berbuat nggak menyenangkan ke kita. Well, ternyata sudut pandangnya nggak cuma itu.
Kenapa aku bilang memaafkan adalah pemberian ketenangan untuk orang lain? Karna memang nyata kalo apa yang muncul di mulut bisa saja berbeda dengan apa yang dirasa di hati.
Seperti aku, saat merenung itu, bertemu dengan dua sosok. Salah satunya adalah sosok yang aku ingin mendapatkan permintaan maafnya. Saat bertemu sosok itu, dia meminta maaf tapi ternyata aku sulit memaafkan. It’s funny, aku pikir akan mudah memaafkannya karna relasinya sangat dekat denganku. Obrolan tentang kejadian yang membuatku sulit memaafkan ini pun aku bawa ke dunia nyata, nggak sekedar di sesi psikologi itu aja. That person said sorry for me, finally I knew the reason why it happened. But eventually, till now I still find it hard to accept the sorry since it hurts me so bad.
Sehingga aku berpikir kalo memaafkan nggak ada kaitannya sama waktu. Maksudku perasaan-perasaan yang ada itu nggak secara otomatis ilang sendiri gitu lho. Ada kalanya kita lupa karna udah lewat aja, tapi kemudian pas keungkit rasa-rasa terkait muncul lagi, jadi inget lagi dan ternyata masih belum bisa memaafkan. Semoga nanti ketika aku baca postingan ini lagi, maafku sudah dari hati.
This post is a reminder for me or maybe everyone who read it to be nice. Think before talk, think before act, think before type.